Senin, 21 Januari 2013

Coretan Dibawah Tangisan Langit

Aku duduk termenung serius memperhatikan langit yang sedari tadi terus menangis,disebuah tempat dimana orang-orang dapat mengisi perutnya dengan unggas bersayap yang tubuhnya menguning lalu berubah kecoklatan.Ada apa dengan langit? Yang sejak sepekan terakhir menunjukkan rona kesedihan,seperti ada gejolak yang memenuhi hatinya.Tak pernah aku melihat dia menangis sesering dan dalam durasi yang cukup untuk menonton 7 sequel fim Harry Potter.Bagaikan seorang wanita yang kandas dalam perjalanan membentangkan layar bahtera cintanya.Tak henti-hentinya dia meneteskan jutaan air mata yang membasahi tanah yang terjal ini.
          Ditempat ini,disebuah tempat dengan meja beralaskan kain merah dibawah lindungan tenda biru, terik dan air tak dapat menembusnya.Dibawahnya terdapat api yang terus menyala dan mendekap erat baja bertelingakan baja.Riuh terdengar suara teriakan unggas bersayap meluncur satu demi satu hingga badannya mengering dan berwarna kecoklatan seperti gula aren.
          Biasanya tempat ini ramai dengan riuh suara sahabatku yang sibuk membicarakan indahnya hidup dan kejamnya cinta merobek hati mereka.Namun sekarang,semuanya berbeda.Sunyi,sepi,dingin,gelap dan tanpa ekspresi.Tak ada geak canda tawa yang kudengar.Aku hanya menikmati cucuran air mata yang menumbuk tanah dan tenda biru ini.Biasanya kami disuguhkan oleh pertunjukkan musik ringan dengan seorang berselendangkan gitar yang terus bersenandung.
          Sebatang rokok cukup memberiku inspirasi dan ketenangan untuk bertapa dalam kesunyian ini.Kuberanikan tangan ini untuk mengambil sepucuk kertas dan sebatang ballpoint didalam tas.Semoga aku tidak kehilangan moment ini,moment dimana aku menikmati indahnya kesunyian dalam rintik-rintik air di sabtu malam.Dan seprti orang yang tak sadarkan diri yang dirasuki arwah,tangan ini menari dalam alunan rintik hujan diatas secarik kertas,lalu meninggalkan coretan-coretan kata yang berbaris rapi membentuk pasukan paragraph.
          Coretan ini menjadi bekalku untuk bersembunyi dari gelapnya malam dan dinginnya atmosfer.Aku akan terjaga sepanjang malam dalam bayangan coretan ini,dan coretan ini juga menjadi jembatan penghubung antara indahnya mimpi dan kerasnya realitas.Wahai hujan,sampaikan juga salam hangatku bagi sahabat-sahabat yang terjaga dalam tidurnya diluar sana.Dekap erat tubuhnya dan nyanyikanlah sebuah lagu Classic sebagai pengantar bagi lelap tidurnya.
(ditulis di warung pecel lele di teuku umar bandung ,20 januari 2013 dan special dipersembahkan untuk mereka yang selalu setia menunggu hujan reda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar