Aku
duduk termenung serius memperhatikan langit yang sedari tadi terus
menangis,disebuah tempat dimana orang-orang dapat mengisi perutnya dengan
unggas bersayap yang tubuhnya menguning lalu berubah kecoklatan.Ada apa dengan
langit? Yang sejak sepekan terakhir menunjukkan rona kesedihan,seperti ada
gejolak yang memenuhi hatinya.Tak pernah aku melihat dia menangis sesering dan
dalam durasi yang cukup untuk menonton 7 sequel fim Harry Potter.Bagaikan
seorang wanita yang kandas dalam perjalanan membentangkan layar bahtera
cintanya.Tak henti-hentinya dia meneteskan jutaan air mata yang membasahi tanah
yang terjal ini.
Ditempat ini,disebuah tempat dengan
meja beralaskan kain merah dibawah lindungan tenda biru, terik dan air tak dapat
menembusnya.Dibawahnya terdapat api yang terus menyala dan mendekap erat baja
bertelingakan baja.Riuh terdengar suara teriakan unggas bersayap meluncur satu
demi satu hingga badannya mengering dan berwarna kecoklatan seperti gula aren.
Biasanya tempat ini ramai dengan riuh
suara sahabatku yang sibuk membicarakan indahnya hidup dan kejamnya cinta
merobek hati mereka.Namun sekarang,semuanya berbeda.Sunyi,sepi,dingin,gelap dan
tanpa ekspresi.Tak ada geak canda tawa yang kudengar.Aku hanya menikmati
cucuran air mata yang menumbuk tanah dan tenda biru ini.Biasanya kami
disuguhkan oleh pertunjukkan musik ringan dengan seorang berselendangkan gitar
yang terus bersenandung.
Sebatang rokok cukup memberiku
inspirasi dan ketenangan untuk bertapa dalam kesunyian ini.Kuberanikan tangan
ini untuk mengambil sepucuk kertas dan sebatang ballpoint didalam tas.Semoga
aku tidak kehilangan moment ini,moment dimana aku menikmati indahnya kesunyian
dalam rintik-rintik air di sabtu malam.Dan seprti orang yang tak sadarkan diri
yang dirasuki arwah,tangan ini menari dalam alunan rintik hujan diatas secarik
kertas,lalu meninggalkan coretan-coretan kata yang berbaris rapi membentuk
pasukan paragraph.
Coretan ini menjadi bekalku untuk
bersembunyi dari gelapnya malam dan dinginnya atmosfer.Aku akan terjaga
sepanjang malam dalam bayangan coretan ini,dan coretan ini juga menjadi
jembatan penghubung antara indahnya mimpi dan kerasnya realitas.Wahai
hujan,sampaikan juga salam hangatku bagi sahabat-sahabat yang terjaga dalam
tidurnya diluar sana.Dekap erat tubuhnya dan nyanyikanlah sebuah lagu Classic
sebagai pengantar bagi lelap tidurnya.
(ditulis
di warung pecel lele di teuku umar bandung ,20 januari 2013 dan special
dipersembahkan untuk mereka yang selalu setia menunggu hujan reda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar