Selalu pikiran ini didera oleh kebingungan, dan
ini sering terjadi. Bukan soal pilihan hidup namun lebih kepada sikap dan cara
saya bersosialisasi dengan orang lain, terutama mengenai hubungan dan
komunikasi dengan orang lain (dalam hal ini bukan pacaran). Mungkin ini sebuah
karma yang harus saya terima atau hukum alam yang harusnya terjadi. Resiko juga
sih, salah siapa memilih banyak komitmen sehingga banyak tanggung jawab yang
harus saya pikul dan akhirnya cape sendiri juga.
Saya hanya punya satu otak dengan
milyaran pikiran dan ingatan tentang kehidupan. Serba salah juga sih menjadi
orang dengan tipikal seperti ini, mungkin belum ketemu aja cara yang tepat.
Selalu merasa hidup sepi dan bosen bila sedikit kegiatan yang dilakukan, namun
selalu merasa keberatan bila banyak kegiatan, memang membingungkan. Dan kalau
sudah seperti ini kualitas hubungan sosial saya dengan orang lain menjadi
memburuk. Bisa dengan orang tua, saudara, sahabat, teman kampus, teman main, dll.
Seolah semuanya saling bertabrakan, setiap elemen memiliki tuntutan tertentu.
Jangan pikirkan tentang diriku sendiri! Saya hanya selalu memikirkan tentang
persepsi orang lain terhadap diri saya, apakah saya baik di mata mereka ataukah
buruk? Dan saya sangat membenci perasaan seperti ini. Tidakkah ada hal lain
yang lebih penting dan bermanfaat untuk dipikirkan? Selain kekhawatiran saya
terhadap persepsi mereka kepada saya yang buruk.
Ditambah dengan semester yang cukup
membuat saya ketar ketir, sehingga banyak hal yang terabaikan hanya demi 2 sks
yang mungkin tidak seberapa. Saat itu hubungan dengan orang tua menjadi kurang
baik karena jarang sekali saya pulang dan tidur di rumah, ditambah dengan
selalu tidak sempatnya saya mengabari mereka kabar saya di luar rumah. Lalu
bagaimana dengan orang lain? Jangan ditanya. Saya sering absen rapat dan
beberapa kegiatan di kampus juga sering absen mengikuti latihan marching band
rutin, sehingga sering menimbulkan banyak pertanyaan dan image kurang baik dari teman-teman. Seolah-olah saya ini manusia
super sibuk, padahal emang iya. Dan yang paling saya sesalkan adalah hubungan
saya dengan teh emphi yang saya pikir menjadi kurang baik.
Semua berawal dari saya yang selalu
tidak dapat menyempatkan sedikit waktu untuk memelihara komunikasi dan hubungan
dengan orang lain. Dan jadi rugi sendiri akibat perilaku sendiri. Sejujurnya
saya merasa sangat malu dengan apa yang sering orang lain laukan terhadap saya.
Mereka sering membantu saya, memberikan saya sesuatu yang bermanfaat buat saya,
selalu mendengarkan keluhan saya, selalu mau meberikan saran dan masukan setiap
saya minta. Namun apa yang saya lakukan terhadap mereka tidak sebanding,
terlalu banyak saya berhutang kepada orang-orang disekitarku, bukan hanya
hutang kebaikan lebih banyak kepada hutang budi. Saya terlalu egois dan
mementingkan diri sendiri dan terlalu obsesif akan semua cita-cita yang saya
impikan. Padahal sesungguhnya “im nothing
without them”.
Bersabar sepertinya adalah jawaban
yang paling bijak, walaupun ucapan permintaan maaf saya sangat tak berarti
lagi. Pelajaran berharga untuk saya juga supaya untuk lebih bersabar akan
obsesi dan selalu membina hubungan yang baik dengan orang-orang disekitarku,
terutama kepada orang-orang yang mempunyai keyakinan terhadap diriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar