Minggu, 28 Juli 2013

Renungan di Bulan Ramadhan


“Jadi orang aktif itu menyenangkan, tapi susah dijalanin”. Itulah sepenggal kalimat yang meluncur dari mulutku setelah apa yang saya lakukan dan hadapi saat ini. Mungkin sudah setting-an pabriknya kalau saya ini senang melakukan banyak kegiatan dan ikut terlibat aktif dalam suatu aktifitas positif.  Mungkin jiwa aktif berorganisasi yang saya miliki merupakan warisan dari ibu. Ibu yang sangat kukenal adalah orang yang aktif terlibat dalam berbagai kegiatan baik di tempatnya bekerja maupun di keluarga. Ketika ibu masih muda, banyak aktif dalam kegiatan seperti pramuka sehingga darah ke-aktifannya dalam suatu kegiatan kini mengalir juga dalam diriku. Saya senang melakukan banyak aktifitas baru, apalagi melakukan aktifitas yang menunjang kemajuan hidupku di masa depan. Kata orang lain saya itu orangnya dinamis dan ingin terus bergerak. Makanya saya kadang menjadi gelisah ketika suatu waktu tidak ada aktifitas yang bisa saya lakukan ataupun ketika saya merasa bosan dengan aktifitas yang monoton. Kegelisahanku memang sedikit aneh, saya senang bila setiap waktu yang saya miliki diisi dengan aktifitas yang bermanfaat. Namun, tidak semua rencana yang indah itu dapat dijalani dengan baik-baik saja, selalu ada hambatan dan rintangan. Termasuk saya pribadi yang mengalaminya.
Menjadi kepercayaan semua orang adalah investasi yang sangat tidak ternilai harganya. Namun kadang ini menjadi boomerang bagiku. Karna ingin menciptakan kepercayaan di mata semua orang, saya rela memberikan waktu saya untuk melakukan kerjasama ataupun melakukan suatu aktifitas bersama dengan orang lain agar tumbuh suatu penilaian positif terhadapku. Sulit sekali bagi saya untuk berkata “TIDAK” pada ajakan/tawaran orang lain. Selalu ada ketakutan dalam benakku bila saya menolak ajakan/tawaran orang lain. Karena mindset seperti ini pula, saya banyak menghabiskan waktu untuk mengabdi kepada orang lain sampai saya lupa kewajiban terhadap diri saya sendiri bahkan terhadap agama dan keluarga.
Hingga saat ramadhan-pun tiba, saya masih sibuk melakukan dan mengejar urusan duniawi. Padahal inilah waktunya untuk saya memohon ampun kepada Allah dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya amalan untuk bekal di akhirat kelak. Saya tahu selalu banyak godaan yang menghampiri. Saya kecewa terhadap diri saya sendiri, saya juga mengecewakan orang tua, teteh, sahabat dan teman-teman. Mungkin istilah “semua yang berlebihan itu tidak baik” adalah benar. Aktifitas yang saya jalani mungkin terlalu banyak untuk dilakukan. Hingga kadang tubuh ini tak sanggup untuk memikulnya, hingga otak ini tak sanggup lagi memikirkannya. Tapi, saya bingung mana yang harus saya relakan. Di suatu sisi ada kewajiban yang harus saya lakukan, disisi lain ada aktifitas yang membuat saya senang, juga di sisi lainnya ada aktifitas yang mampu membantuku untuk meringankan beban orang tua. Saya kadang sibuk dengan sebuah aktifitas hingga hubungan saya dengan orang lain menjadi terganggu.
Berkeluh kesah adalah tidak baik, namun terkadang dapat menjelaskan apa yang sedang kita rasakan. Baik berkeluh kesah dengan keadaan, dengan situasi atau dengan apapun. Dari mulai berkeluh kesah kepada teman, kepada Allah, kepada diri sendiri, kepada orang lain. Tapi itulah resiko yang harus diambil. Kuliah di semester pendek yang tidak begitu bagus pelaksanaanya, namun terus berharap menjadi orang yang beruntung pada saat ujian hingga mendapat nilai yang baik. Kegiatan latihan di marching band yang banyak membuang waktu dan tenaga dengan progress kemajuan yang sedikit dan sering bentrok dengan kuliah. Kegiatan drumband yang membuat saya berstatus atlit yang menuntut tanggung jawab serta profesionalisme yang juga jadwalnya bentrok dengan kuliah sama seperti marching band. Dan kasihannya saya lebih cenderung untuk datang berlatih dan merelakan waktu kuliah. Kegiatan himpunan yang banyak menuntut tangung jawab serta kebersamaan membuatku harus banyak merelakan waktu istirahatku, dengan banyaknya proker yang saya pegang menuntutku untuk memikul tanggung jawab yang besar. Juga beberapa proyekan dari dosen yang belum juga berhasil saya taklukkan karena banyak sekali hambatan. Ini merupakan sebuah konsekuensi yang harus saya terima karena meng-iyakan banyak tawaran. Alasannya, ada yang karena kewajiban, karena manfaat yang akan diraih, karena hobi, karena mencari uang, dll. Namun didalam kemelut yang sedang saya rasakan, ada beberapa hal yang selalu menguatkanku untuk terus berusaha, terus bersabar dan terus bersemangat dalam menjalani hari-hari yang padat. Kalimat dukungan serta motivasi dari teteh yang tak pernah lelah menyemangatiku, walaupun sering terabaikan olehku karena kesibukkanku. Saya minta maaf. Juga karena seseorang yang saya cintai, bayangannya terus mengisi benak  dan perasaan, senyum di wajahnya memberikan banyak harapan dan kekuatan untuk saya terus berjuang sekuat tenaga memberikan yang terbaik. Walaupun dia belum tentu memiliki perasaan yang sama terhadap saya. Tapi saya terus berdoa agar Allah memberikan jalan dan kesempatan untuk saya menjadi pendamping hidupnya kelak.
Untuk saat ini, tak banyak yang saya tuntut. Uas didepan mata sudah menanti dengan harapan yang sama yaitu bisa lulus dengan nilai minimal B, proyek yang masih belum terselesaikan, latihan yang rutin dilakukan, proker himpunan yang belum ditaklukkan, dll. Ada sebuah ketakutan yang saya rasakan. Mungkin ini akibat saya yang melalaikan perintah Allah. Ada sebuah hadits yang sangat memberikanku pelajaran sekaligus memberikan peringatan keras. Beginilah bunyi hadits tersebut.

“Barang siapa bangun di pagi dan hanya dunia yang dipikirannya, sehingga ia seolah tidak melihat hak Allah dalam dirinya. Maka Allah akan tanamkan 4 penyakit:
1.    Kebingungan dan kesedihan yang tiada putusnya.
2.    Kesibukkan yang tidak ada habisnya.
3.    Kebutuhan yang tidak pernah terpenuhi.
4.    Dan khayalan yang tidak pernah sampai.” (HR. Thabrani)

Ini menjadi renungan bagi saya pribadi, juga menjadi bahan evaluasi serta introspeksi diri dengan apa saja yang telah saya lakukan dan terjadi kepada saya. Bisa jadi kesibukkan yang saya alami adalah buah karena saya melupakan Allah, atau juga banyak kebutuhan saya yang tidak terpenuhi karena saya banyak melalaikan perintah Allah. “Ya Allah janganlah engkau tutup mata hati hamba dari segala nikmat-MU, jadikanlah setiap waktu yang hamba miliki adalah ibadah juga aktifitas yang bermanfaat bagi hidup hamba kelak.”
Baca SelengkapnyaRenungan di Bulan Ramadhan

Selasa, 09 Juli 2013

Bala-Bala Ramadhan #1

Alhamdulillah..syukur ku ucapkan kepada Allah atas nikmat hidup yang DIA berikan kepada hambanya seperti aku ini. Nikmat usia yang sungguh luar biasa rasanya tak dapat dibandingkan dengan apapun, apalagi nikmat kesempatan dapat berjumpa lagi dengan bulan suci Ramadhan. Raja dari segala bulan dan obat dari sepanjang tahun. Mungkin diantara kita semua sudah mengetahui beberapa bahkan banyak keutamaan dari bulan Ramadhan ini. Mulai dari setiap nafas kita adalah tasbih, tidur kita adalah ibadah dan semua ibadah yang dilakukan pada bulan ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah. Dan kita semua tahu bahwa di bulan suci ramdhan itu terdapat malam yang lebih mulia dari seribu bulan, bila mana kita beribadah di malam tersebut maka sungguh balasan yang luar biasa dari Allah bagi yang menjalankannya.
          
 Bagiku ramadhan mempunyai esensi khusus. Bagiku ramadhan adalah sebuah bulan untuk melatih diri, dimana pada masa latihan inilah kita mendapat banyak keuntungan. Dari mulai berpuasa menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenam matahari, bukan semata-mata mengosongkan perut dan mengurangi asupan mineral dan nutrisi, melainkan membiasakan diri  dalam keadaan lapar. Karena dengan lapar maka nafsu dan emosi kita juga akan berkurang, nafsu syahwat kita apalagi. Maka berawal dengan tidak makan dan minum kita mendapatkan banyak manfaat. Mungkin ketika kecil masalah terbesar kita dalam berpuasa adalah menahan lapar dan dahaga, namun realitanya ketika kita beranjak puber hingga remaja seperti sekarang ini tantangan terberatnya adalah menahan diri dari hawa nafsu, baik itu nafsu syahwat, nafsu emosi, juga menahan indra yang kita miliki dari hal-hal yang tidak sebaiknya kita terima. Seperti menjaga mata dari pemandangan yang negative, menjaga telinga dari ucapan yang tidak baik (ghibbah,fitnah,dll), menjaga tangan dari sentuhan yang dilarang. Maka hal-hal tadi lah yang sebenarnya lebih sulit menjaganya dibanding menjaga diri dari lapar dan dahaga.
         
 Ramadhan adalah tambang emas yang tidak akan pernah habis. Semangat untuk terus beribadah selama ramadhan dapat tetap terjaga apinya tetap menyala hingga akhir ramadhan, walaupun terang redup api menyala. Karena Syaitan dibelenggu selama ramadhan, yang mengganggu dan menghalangi kita untuk tetap beribadah adalah rasa malas kita sendiri. Itulah yang sebenarnya harus kita lawan. Musuh terberat yang kita miliki adalah melawan rasa malas diri kita sendiri. Sulitnya untuk melangkahkan kaki ke mesjid untuk shalat berjamaah dan memilih tidur dengan beralasan bahwa selama ramadhan tidur merupakan ibadah adalah alasan klasik yang sering aku dengar bahkan aku alami sendiri. Secara logika kalau di ibaratkan ramadhan adalah tambang emas yang tak pernah habis, maka dengan waktu yang kita miliki,tenaga yang kita punya, kesempatan yang ada kita akan menggarap tambang emas itu menjadi tumpukkan emas pahala bagi bekal kita kelak di akhirat. Bila waktu yang ada disia-siakan maka merugilah kita.

 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.      ( Q.S Al-Ashr : 1-3 )


Pada ramadhan ini banyak sekali harapan dan cita-cita yang ingin kucapai. Mulai dari meningkatkan kualitas diri terhadap Allah menjadi lebih baik, meningatkan kapasitas ilmu yang dimiliki dengan tsaqofah-tsaqofah islam, menghatamkan al-quran, dll. Walaupun aktifitas shaum ini beriringan dengan aktifitas regular seperti biasa, saya harus tetap bisa menjaga kondisi. Mungkin akan terasa seperti bulan-bulan yang lain mungkin hanya suasananya saja yang berbeda. Kalaupun boleh membandingkan dari segi menahan lapar dan dahaga, lebih ringan menjalankan shaum di luar ramadhan dibanding di bulan ramadhan karena suasana ramadhan itu akan banyak terlihat orang-orang yang lemas dan kurang bersemangat, jadi pembawaan kepada diri kitanya juga menjadi lemas dan lunglai. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin sekali saya bagikan lewat tulisan ini. Mungkin untuk tulisan ini hanya sebatas sampai disini dulu saja, nanti kita lanjutkan dengan cerita selanjutnya di perjalanan ramadhan kali ini. Mohon di maklum karena aktiftas menulis itu tidak bisa dilepaskan dari yang namanya mood. Semoga Allah melancarkan segala ibadah kita di bulan ramadhan kali ini, dan semoga apa yang kita harapkan dapat tercapai. Amin
Baca SelengkapnyaBala-Bala Ramadhan #1