Jumat, 07 Juni 2013

Filosofi Liburan (Goes to Sawarna #2)

Keputusanku membawaku ke suatu tempat yang memang seharusnya aku datangi. Suatu tempat yang bisa membebaskan kami sejenak dari rutinitas yang memberatkan pikiran. Sebuah tempat yang mampu meng install ulang isi pikiran sehingga kembali fresh. Pantai bukanlah sebuah opsi yang buruk, walaupun resikonya adalah kulit menjadi lebih gelap tapi kita tidak memperdulikannya.
          Perjalanan dimulai sejak rabu malam. Kami mempersiapkan diri untuk dapat berangkat sepagi mungkin agar sampai ke pantai sawarna secepat mungkin. Mengingat jarak yang cukup jauh dan perjalanan yang memakan waktu lama. Kami memutuskan bahwa kampus menjadi titik start keberangkatan kita. Beberapa diantara kami memutuskan untuk bermalam dikampus, karna khawatir tidak bisa bangun pagi dan juga ada yang rumahnya jauh dari kampus. Semua mempersiapkannya dengan baik. Mulai dari pakaiana ganti, peralatan mandi, kacamata, topi, serta perlengkapan penunjang sudah tertata rapih didalam tas besar yang dibawa masing-masing.
          Akhirnya jam 5 pagi semua sudah berkumpul. Walaupun meleset dari jadwal yang direncanakan, kami tetap semangat. Kami ber-12 orang siap berangkat dengan tas-tas besar bawaan dan juga wajah yang berseri-seri. Kami mencoba mengabsen diri sebelum berangkat, khawatir ada yang tertinggal dan lebih khawatir lagi kalo bertambah. Aku (Tahe) ; Faisallu ; Fei ; Abdul ; Ridha ; Kadek ; Sube ; Dimas ; Irsyad ; Mbak Zeda ; Mbak Aya ; dan birdita sudah fix dalam komposisi liburan kali ini. Kami pergi menggunakan 2 buah mobil yang bermerk sama hanya beda warna saja. Karna jumlahnya genap dan juga pas, kita membaginya rata menjadi 6 orang di mobil 1 dan 6 orang di mobil 2. Komposisi di dalam mobil 1 adalah : Sube ; Mbak Zeda ; Fei ; Ridha ; Abdul ; dan aku. Sedangkan di mobil 2 adalah ; Dimas ; Birdita ; Irsyad ; Mbak Aya ; Faisallu ; dan Kadek.
          Setiap jalanan yang kita lewati kita isi dengan canda dan tawa. Ada yang asyik bernyanyi mengikuti alunan lagu dari MP3 yang sedang diputar, ada yang tertidur pulas, ada juga yang hanya berdiam diri dan sangat menikmati pemandangan disamping jalan. Bermacam ekpresi diantara kita semua, namun  satu persamaan yang bisa terlihat diwajah kita semua, adalah kesenangan dan senyum yang terus bersinar. Melewati Padalarang – Cianjur – Sukabumi – Pelabuhan Ratu membuat kita merasa lelah hingga memutuskan untuk berhenti di beberapa titik. Sekedar untuk buang air, juga mengisi perut yang lapar dan tenggorokan yang dahaga, sekedar untuk merilex kan otot-otot yang pegal kami berhenti.
          Pantai pelabuhan ratu sudah nampak diluar kaca mobil kami. Biru air dan biru langit berpadu serasi dan terlihat tanpa celah. Ombak silih berganti berlarian menepi ke pantai. Angin berhembus cukup kencang membuat pohon kelapa seolah menyapa kadatangan kami dengan salam hangat dan lambaian tangan yang tiada henti. Tak henti-hentinya aku mengucap subhanallah dan syukur atas apa yang Allah ciptakan di bumi ini. Allah menciptakannya sempurna dan semuanya teratur dalam suatu hukum alam dengan segala kompleksitasnya. Rasa kagumku tak berhenti sampai disitu, ketika kami memutuskan untuk berhenti ditepi jalan yang dari titik tersebut akan terlihat sebuah pemandangan yag luar biasa. Birunya laut dan langit yang berpadu serasi di hiasi oleh putihnya awan yang menggantung juga kapal-kapal nelayan yang terlihat begitu kecil bagaikan semut yang bersandar di pinggir laut, Pegunungan yang berdiri gagah dengan diselimuti oleh pepohonan hijau menutupi sebagian pemandangan kami. Mereka seperti berbagi keceriaan dan kesenangan kepada kami. Sebagian menyuguhkan keindahan lewat warna dan sebagian lainya memberikan bentuk yang luar biasa. Sehingga tak sadar mulutku terus menganga dan lirih menyanyikan sebuah lirik lagu dari seorang penyanyi cilik. Sambil menikmati pemandangan mulutku terus bernyanyi “Langit biru, awan putih, terbentang indah lukisan yang kuasa; Oh sungguh senangnya lintasi bumi ; Oh indahnya dunia”.
          Akhrnya kita sampai juga ditempat tujuan. Sebelum menuju penginapan, kami disambut ramah oleh ibu pemilik penginapan. Namanya ibu Clara, itu bukan nama aslinya, Clara adalah nama anak perempuannya, biar mudah kami menyebutnya ibu Clara saja. Beristirahat sejenak dirumahnya. Selagi menarik nafas panjang kami makan siang bersama yang sudah dipersiapkan ibu Clara. Sambil makan sambil. Walaupun wajah kami  kumal, berminyak dan lelah namun kami selalu tersenyum dan tertawa.
          Sebelum sampai ke penginapan kami harus berjalan kurang lebih 300 meter. Jaraknya cukup jauh, dan cukup membuat kita engos-engosan dan bercucuran keringat karna kepanasan. Yang membuat aku senang dan seru adalah ketika kami harus melewati jembatan yang dibawahnya melintas aliran air sungai menuju laut. Yang serunya adalah jembatan tersebut adalah jembatan gantung yang terbuat dari kayu sebagai pijakan kaki kita yang diikat oleh kawat baja di pinggir-pinggirnya dan terhubung dari ujung ke ujung. Sebuah pengalaman luar biasa, dan sensasi berada diatasnya pun luar biasa. Semakin kita mempercepat langkah kita, maka jembatan itu akan bergoyang semakin kuat. Rasanya itu seperti berjalan diatas jembatan goyang.Ahaha… .
          Sesampainya dipenginapan, kami semua melepas lelah dengan merebahkan badan disetiap ruang kosong. Ada yang diatas kasur, ada diatas saung kecil, ada juga yang diatas ayunan yang berada diantara dua pohon. Semuanya terlelap dalam kibasan angin pesawahan yang membelai tubuh kami begitu halus. Sejenak kami terbawa ke alam bawah sadar. Semuanya gelap, terasa sejuk, terdengar suara angin yang berlarian bergantian arah, dan tubuhku terus bergoyang diatas ayunan.
          Sore hari, pantai menjadi tujuan utama kami. Semuanya begitu bersemangat, Ada yang ingin sekali berenang seperti irsyad. Dan kami semua berubah tampilan menjadi seperti anak pantai yang siap bermain air dan pasir di pinggiran sana. Jarak menuju pantai tak begitu jauh, kurang lebih 200 meter dari penginapan. Setelah sampai dipantai, semuanya buyar, semua spekulasi tentang gambaran suasana disana terjawab sudah dengan apa yang kami lihat dihadapan kami. Kami semua berlarian menuju air dan berenang kegirang disana. Saling melempar pasir kebadan, saling berlarian dikejar ombak. Terjatuh, tenggelam dalam air dan merasakan asinya air laut, membuat kami begitu dekat, tertawa kegirangan bersama, mengabadikan moment berharga ini dalam bidikan lensa kamera, saling bergaya, saling bercanda, dan saling berebut untuk minta di foto. Membuat lengkap perjalan liburan kami di pantai sawarna ini. Foto ini menjadi bukti kalau kami pernah datang ke tempat ini dan menuliskan cerita ceria, cerita cinta, dan cerita kebersamaan diantara kami.
          Senjapun tiba, dimulai ketika matahari memutuskan diri untuk menjauh dan menghentikan asupan sinarnya untuk sementara. Kamipun pulang menuju penginapan dan mandi. Setelah mandi, kami berkumpul di depan penginapan untuk makan malam bersama. Lelah akibat bermain di pantai membuat kami semua begitu lahap menyantap makanan yang telah disediakan bu clara lewat penjaga penginapan. Oh iya, selama dipenginapan kami ditemani oleh mas-mas yang ditugasi oleh bu clara untuk menjaga penginapan. Dialah orang yang selalu menyiapkan makanan untuk kami dari makan pagi, siang dan malam. Mas-mas itu juga sering memberikan informasi yang berharga kepada kami seputar pantai sawarna ini. Akhirnya malam jumat itupun  menjadi sangat panjang dan bermakna, walaupun sebenarnya aku suduh terlebih dulu  menuju alam bawah sadar dan menikmati indahnya mimpi. Namun sayup-sayup terdengar diluar sana suara faisallu, sube, fei, ridha yang sedang asyik main kartu. Aku tetap tak tergoda untuk bergabung bersama mereka, karena mata ini tidak memberikan toleransi sedikitpun untuk aku ajak menikmati malam bersama.
          Hari kedua tak jauh berbeda dari sebelumnya. Walupun hiburan kami hanya pantai, tapi kami tidak merasa bosan. Kita berenang, bermain air, berlarian di pinggir pantai, bermain bola, saling melempar pasir, berfoto menjadi aktifitas kami disana. Berjalan-jalan menyusuri pinggir pantai menuju suatu objek wisata baru yaitu Tanjung layar disebelah barat pantai sawarna. Sayangnya aku tidak ikut berpetualang bersama fei, ridha, faisallu, abdul dan kadek. Mereka lebih duluan menuju kesana dan mendapati beberapa tempat baru yang luar biasa, itu terlihat dari cerita mereka yang begitu semangat dan dimata mereka nampak sebuah pemandangan yang indah walaupun aku tidak merasakan secara langsung namun pikiranku sudah menerawang jauh kesana dari apa saja ilustrasi yang diceritakan oleh mereka. Hari kedua ini tepatnya har jumat membawa kita lebih sering berlama-lama dipantai ketimbang di penginapan. Setelah menikmati birunya langit dan indahnya sunset. Kami juga penasaran dengan suasana pantai dimalam hari. Aku, sube, ridha, fei, kadek, abdul, faisallu memutuskan untuk menuju pantai dimalam hari. Walaupun aku merasa khawatir dengan beberapa cerita menyeramkan, namun rasa penasaran dan ajakan mereka membuat rasa khawatir itu hilang. Dan ternyata, malam hari tidak kalah dari siang hari. Angin malam begitu erat memeluk tubuh kami dan suara ombak yang silih berganti menepi menjadi backsound obrolan kami malam itu. Dan semuanya terjaga dalam tidur mereka masing-masing beserta mimpi indahnya dibawah gelapnya malam dan senyum rembulan.
          Sabtu pagi, terdengar suara bising diluar sana. Suara orang-orang yang mengobrol dan suara langkah kaki mereka. Karena sabtu ini merupakan libur nasional, orang-orang mulai berdatangan menuju pantai sawarna. Ada yang menggunakan motor, mobil pribadi, juga ada yang menyewa minibus seperti kopaja. Dan penginapan kamipun mulai ramai dengan para tamu baru yang mengisi pondok lainnya yang ada di komplek penginapan kami. Terdengar berisik suara dari abdul yang membangunkan kami dan terus berteriak “Woyyy,,,hudang euy.. rek ningali sunsrise moal? Kaburu beurang engke sunrisena euweuh “(Woyy..bangun..mau pada liat sunrise gak? Nanti keburu siang trus sunrisenya hilang)”. Hanya beberapa diantara kami yang terbangun dan berjalan menuju pantai sisanya tak bisa diharapkan untuk bangun. Walaupun kami dipantai tidak menemukan sunrise karena tertutup oleh bukit tapi kita tetap menikmati pagi hari di pantai yang diguyur hujan rintik-rintik. Akhirnya kamipun kembali kepenginapan.
          Untuk terakhir kalinya kita memutuskan untuk berenang lagi kepantai sebelum kita pulang nanti siang. Aku kebingungan memilih pakaian, karena semua pakaianku sudah basah dan penuh pasir. Tapi tidak apalah menggunakan pakaian yang sama, toh nantinya juga dicuci bersih lagi kan. Pantai disaat itu seperti tidak biasanya, pantai ramai oleh orang-orang yang terus berdatangan. Namun kami semua tetap menikmati pantai ini dan seperti biasa kami berenang dan bermain air. Waktu telah menunjukkan pukul 11.30 kamipun pulang ke penginapan dan mandi. Setelah mandi tidak lupa semua perlengkapan yang kami bawa dibereskan dan dimasukkan kedalam tas. Dan siap untuk pulang. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, kamipun berpamitan kepada si mas-mas penjaga penginapan yang begitu setia melayani kita.
Tidak lupa juga kepada ibu clara yang sudah menyiapkan penginapan dan makanan dan rela untuk kami tempati dan kami makan. Terima kasih juga kepada pantai sawarna yang sudah rela menemani kami selama liburan dan berbagi keindahan untuk bisa kami nikmati bersama dan juga rela sebagian darinya kami abadikan dalam bentuk foto. Terima kasih juga kepada sawah yang membentang luas nan hijau, Terima kasih juga kepada warga masyarakat disana yang begitu ramah dan mahal menekuk harga minuman botol menjadi 7 ribu rupiah. Terima kasih juga kepada jembatan gantung yang sudah rela punggungmu kami injak dan ikhlas berbagi kekuatan untuk kami agar bisa saling menguatkan diantara kami. Terima kasih semuanya. Terima kasih kepada Sube; abdul; ridha; faisallu; kadek; dimas; irsyad; fei; mbak zeda; mbak aya; dan birdita yang mewarnai liburanku kali ini. Kalian akan menjadi keluargaku yang akan selalu aku rindukan di masa depan. Banyak cerita yang kita torehkan atas perbuatan konyol kita, dan aku yakin cerita yang kita torehkan akan terus lucu dan membuat kita terpingkal-pingkal tertawa saat kita ceritakan lagi di masa depan. Semoga ini tidak menjadi liburan pertama dan terakhir kita. Masih banyak tempat indah yang harus kita kunjungi. Mereka menunggu kita untuk kita menorehkan cerita bersama mereka dan mengabadikannya lewat berfoto bersama. Inilah kami lab.metalurgi yang selalu ceria dan penuh tawa.
 



On The Way Mobil 1 (From L-R : Sube,Fei,Saya,Ridha,Mbak Zeda,Abdul (hide))
Di Penginapan

Karang Bokor
Bermain Air Bersama

Meluncur (Sube)

Belum ada judul

You know what i mean

Blue Sea and Blue Sky

Jejak cerita

Makan siang bersama

Jembatan Goyang

Keluarga Besar Lab. Metal (From L-R : Fei,Saya,Dimas,Birdita,Mbak Zeda,Sube,Irsyad,Mbak Aya,Abdul,Faisallu,Ridha)

Under The Sunset

Habis Gelap Terbitlah Terang
When we together

Hard Day's Night

Laugh


Highway to the beach

          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar