Kaget
dan baru nyadar.Ternyata dari semua tulisan yang ernah saya buat hampir dominan
bertemakan konotasi negative tentang kehidupan saya.Oh tidak?kenapa ini bisa
terjadi?Kenapa saya begitu focus membahas kekurangan dan kesulitan di kehidupan
saya?kenapa saya tidak menuliskn banyak hal positif?atau karna saya terlalu
takut disebut “kepedean atau sombong” oleh orang lain?Akankah saya diam sajah
melihat keadaan seperti ini terus terjadi?mau sampai kapan saya seperti
ini?sudahkah tiba saatnya untuk melawan ini semua?
Entah
mengapa belakangan ini saya merasa kalau hidup itu memang rumit,sangat rumit
bahkan lebih rumit dibanding benang kusut.Setiap elemennya terhubung begitu
dekat begitu juga jauh,terasa begitu komplek.Saya jadi ingat 2 program TV yang
kebetulan dalam stasiun yang sama pula,lamun temanya sangat bertolak
belakang.Yang satu hidup itu indah,yang satunya lagi kejamnya dunia.Ternyata
saya dapat menyimpulkan bahwa mereka mempertontonkan kepada khalayak ramai
bahwa ada dua tipe manusia,yang satu adalah senang dan satunya lagi yang
sengsara.Dan bisa ditebak,kalau acaranya senang,berisikan orang yang punya
uang,pakaian bersih dan rapih,wajah yang ceria dan penuh senyuman,aktifitasnya
menyenangkan dan penuh dengan liburan.Namun,pemandangan berbeda dengan acara
yang lainnya,yang begitu intens membahas pertanyaan “kenapa dunia begitu kejam?”.Dan
tebakan kalian benar sekali,isinya orang2 miskin,yang kekurangan makan,gizi
buruk,kesehatan buruk,diskriminasi,kerja banting tulang,upah kecil,wajah yang
muram,penderitaan,dan air mata yang terus menetas.Lalu,yang menjadi pertanyaan
saya,apakah sudah seperti itu standarnya?apakah itu patokannya?apakah tidak
bisa dirubah?
Menginjak
ke jenjang yang lebih tinggi,dengan pola pikir yang tumbuh menjadi lebih
bijak,usia yang menua,pergaulan yang menyempit,membuat saya mulai merasa apa
yang program tv itu bilang,ada senang namun sengsaranya juga banyak.Kadang kita
sudah memberikan usaha terbaik bagi diri kita sendiri khusnya dan umumnya bagi
orang lain,tapi tetap saja ada penilaian yang miring,inilah…itulah..dengan
banyak alasan dan sudut pandang.Kehidupan yang membuat kita terlena aka
kewajiban kita,kehidupan yang membuat kita lupa akan latar belakang kita,dan kehidupan
yang membuat kita terbang dari tanah yang subur.
Entah,saya
juga tidak tahu dan tidak mengerti.Otak ini terasa begitu kacau,dengan
pikiran-pikiran yang berserakan,yang mengemis-ngemis minta diperhatikan.Saya
juga sudah tidak tahu harus melanjutkan tulisan ini dengan apa?jalan ceritanya
terpotong hanya dalam 3 paragraf saja,tanpa tersampaikan makna dan esensi dari
tulisan ini.Semua terpotong oleh mood yang dalam hitungan detik terus
memburuk,dan memaksa saya untuk mengakhiri tulisan ini,tanpa saya menuliskan
jawaban dan penutup dari ini semua.Semuanya menggantung,dan
bertanya-tanya,semuanya semu dan tak jelas terlihat.Tak jelas apa yang ada
dalam pikiran saya,tak jelas apa yang ingin saya sampaikan.Hingga semuanya
berhenti dalam sebuah tanda(titik).
Baca Selengkapnya → Kompleks & Berhenti di Titik